Kematian Yesus Dan Kehidupan Kita

Author | Kamis, 19 Januari 2017 11:00 | Dibaca : : 7517
Ilustrasi Ilustrasi

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:16).

Yohanes menekankan kepada kita bahwa Allah mengaruniakan bagi kita Yesus Kristus agar kita tidak binasa tetapi memperoleh hidup. Allah mengaruniakan Yesus bagi kita untuk mati di kayu salib demi membayar utang dosa kita dan memberi kita hidup baru, hidup yang berkelimpahan. Kematian Yesus sebagai Anak domba Allah adalah pengorbanan yang sempurna dan tanpa cacat celah. Yesus mengalami penderitaan, orang mengira Ia kena tulah, dipukul, ditindas, tertikam dan diremukkan oleh karena kejahatan kita (Yesaya 53:4-5) supaya kita tidak binasa, melainkan memperoleh hidup yang kekal.

Kematian Yesus yang menyelamatkan dan memberi kita hidup itu bukanlah yang utama kematian fisik. Sebab jika kematian fisik yang diperlukan untuk menyelamatkan dunia, maka setiap orang bisa meninggal (seperti banyak hewan yang dikorbankan) sebelum kedatangan Yesus "Anak Domba yang menghapus dosa dunia" (Yohanes 1:29). Hanya Anak Tunggal Allah yang tidak berdosalah yang harus mati dan itu bukan hanya kematian fisik-Nya yang terjadi di kayu salib. Semua ini merupakan transaksi antara Yesus Kristus dan Allah Bapa ketika dosa dunia diletakkan pada Kristus dan Allah memalingkan wajah-Nya dan secara rohani Yesus dipisahkan dari Bapa karena beban dosa itu. Selama tiga jam dalam kegelapan yang pekat tanpa matahari (Lukas 23:44), Yesus menanggung dosa dunia dalam jiwa-Nya yang tidak berdosa. Terpisah dari Bapa adalah harga yang harus dibayar oleh Sang Juruselamat untuk menyelamatkan manusia. Kemudian ketika Yesus berdamai dengan Bapa, Dia menyerahkan kehidupan fisik-Nya, seperti dikisahkan oleh Lukas: "Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring : "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku." Dan sesudah berkata demikian Ia menyerahkan nyawa-Nya" (Lukas 23:46).

Kematian Yesus Kristus, dengan demikian terjadi dua kali lipat, lebih dari sekedar fisik dan hal itu tidak mudah untuk dicerna oleh pikiran kita manusia. Kematian Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan untuk membawa kembali dunia yang hilang dan mati secara rohani kepada Allah. Kematian Yesus Kristus berarti bahwa kita memiliki hidup yang kekal di dalam Dia. Kita bersyukur kepada Tuhan yang telah melakukan semuanya untuk memberi kita harapan dan jaminan akan hidup baru, hidup kekal, hidup yang berkelimpahan.

 

 

‘SEMOGA SENGSARA YESUS KRISTUS SELALU HIDUP DI HATI KITA’

 

 

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

www.gemapasionis.org | Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Leave a comment