Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus (2021)

Author | Minggu, 06 Jun 2021 11:39 | Dibaca : : 2206
Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus (2021)

Berbicara tentang Perjamuan Kudus, Santo Agustinus berkata tentang kita sebagai anggota tubuh Kristus, "Kamu adalah apa yang telah kamu terima." Tanda pertama di mana kita menerima Kristus adalah tanda roti. Dalam proses pencernaan, roti dan kita menjadi satu. Ketika kita menerima Kristus sebagai Roti Hidup untuk perjalanan hidup kita, kita menjadi semakin satu dengan Dia. Tetapi Kristus tidak berubah menjadi kita. Kita yang diubah ke dalam tubuh Kristus. Itu berarti bahwa kita dimasukkan ke dalam perluasan diri-Nya di dunia.

 

St Teresa of Avila:

“Kristus tidak punya tubuh di bumi selain tubuhmu, tidak punya tangan selain tanganmu, tidak punya kaki selain kakimu. Matamu adalah mata melalui mana cinta kasih Kristus bagi dunia terpancar; kakimu adalah kaki dengan mana Ia pergi untuk melalukan perbuatan-perbuatan baik; dan tanganmu adalah tangan dengan mana Ia memberkati kita sekarang.”

Pada Perjamuan Terakhir, dengan cara yang menakjubkan, Yesus menunjukkan perhatian dan kepedulian serta persatuan-Nya dengan para pengikut-Nya. Ia berlutut seperti hamba dan membasuh kaki mereka satu per satu. Sangat menarik bahwa St Yohanes, dalam Injilnya tentang Perjamuan Terakhir, tidak menyebut tindakan Yesus dengan roti dan anggur. Sebagai gantinya, ia memberi tahu kita tentang tindakan Yesus dengan baskom berisi air dan handuk.

Dengan cara ini Yohanes memberi tahu kita arti dari kedua tindakan Yesus. Ini adalah tentang rasa kesatuan dalam komunitas Kristus yang sama, komunitas iman, harapan dan cinta kasih. Ini adalah tentang saling melayani dengan rendah hati. Ini adalah tentang menjangkau dengan kehangatan, kelembutan dan keramahtamahan terhadap sesama kita, sesama yang adalah 'siapa pun yang membutuhkan kita sekarang - di sini, saat ini.

 

Santo Paulus dari Salib:

"Dalam Komuni Kudus, janganlah engkau mencari rasa manis tertentu, bahkan pada langit-langit mulutmu. Rasa Yesus Ekaristi tak bisa dinikmati dengan mulut jasmani, melainkan dengan langit-langit iman dan jiwa. Cara terbaik mengecap Yesus ialah dengan membenamkan seluruh diri kita di dalam Dia, mengubah diri dalam Dia demi cinta, dan melakukan karya cinta yang dikehendaki-Nya. Karya ini dikerjakan oleh Sang Juru Selamat dalam diri kita, akan tetapi membutuhkan kerja sama kita, melalui perjuangan hidup kita sehari-hari bersama dengan sesama kita, terutama mereka yang miskin."

 

Santa Teresa dari Kalkuta:

"Saya tahu Anda pikir Anda harus melakukan perjalanan ke Calcutta untuk melayani orang-orang miskin di sana, tetapi saya sangat menyarankan Anda untuk menghemat tiket pesawat dan membelanjakannya untuk orang miskin di negara Anda sendiri. Sangat mudah untuk mencintai orang yang jauh. Tidak selalu mudah untuk mencintai orang-orang yang tinggal tepat di sebelah kita. Ada banyak orang mati demi sepiring nasi, tetapi ada ribuan lainnya mati karena sedikit cinta dan perhatian. Penyakit terburuk saat ini bukanlah kusta atau TBC; melainkan tidak diinginkan, ditinggalkan, dilupakan."

Cinta dan pelayanan, sambutan dan keramahtamahan, kebaikan dan kasih sayang, perhatian dan kemurahan hati, adalah cara terbaik mengikuti Yesus. Ketika, dalam catatatn Injil hari ini (Markus 14:12-16.22-26) Yesus berkata: “Ambilah, inilah tubuh-Ku,…inilah darah-Ku”, Ia sesungguhnya ingin menunjukkan “Passio”-Nya kepada kita.  Passio yang merupakan aktivitas tertinggi dari cinta: memberi hidup bagi sesama. Ini adalah jantung dari Injil dan di sini setiap murid Yesus dipanggil untuk bangkit dan berbuat. Passio Yesus dalah puncak dan pemenuhan misi-Nya untuk mencintai, misi-Nya untuk membawa kasih Allah turun ke bumi, misi-Nya untuk membawa harapan kepada dunia. Misi Yesus tidak hanya untuk memberitahu semua orang bahwa Allah adalah kasih, tetapi juga untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa betapa nyata dan hangat, amat kuat dan konstan, begitu baik dan peduli, alangkah sabar dan abadi kasih Allah bagi manusia.

Akhirnya, marilah kita terus menjadi perpanjangan tangan cinta Allah dengan menghadirkan kembali Passio Yesus dalam aneka tindakan kasih kepada sesama.

 

Salam Passio!

“Semoga Sengsara Yesus Kristus Selalu Hidup di Hati Kita”

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

www.gemapasionis.org | Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Leave a comment