Kehidupan Yesus membawa misi cinta kasih dan kematian-Nya mengungkapkan kedalaman dari hal itu. Penyaliban Yesus di atas kayu salib di Kalvari adalah pelajaran berharga dalam hidup. Yesus sering mengajar dengan menggunakan metafora. Kehidupan dan kematian Yesus adalah sebuah metafora bagi kita dalam menjalani hidup.
Menurut Lukas dalam bab 23 tampak jelas bahwa salah satu dari penjahat yang disalibkan bersama Yesus menantang-Nya. ‘Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya :
"Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!"
Tetapi yang seorang menegor dia, katanya : "Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah."
Lalu ia berkata: "Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja" (Lukas 23: 39-41).
Yesus menderita dengan cara yang kita tidak bisa mengerti, begitu juga kedua penjahat ini. Namun, penjahat yang kedua dapat melihat dan merasakan sesuatu di dalam diri Yesus, sehingga ia tergerak untuk bertobat, meskipun Yesus tidak pernah turun dari salib. Ia merasakan kehadiran Anak Allah yang disalibkan di sampingnya. Ia mengungkapkan apa yang ia rasakan bahwa Yesus sungguh Anak Allah! Ia dengan keyakinan penuh berkata, 'Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja' (Lukas: 23:42).
Apa yang Yesus lakukan kemudian adalah contoh yang indah dari pengertian, penerimaan, cinta dan belaskasihan yang dibungkus dalam satu tindakan. Ini adalah gambaran kehidupan Yesus, kekuatan dalam kesulitan. "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya, hari ini juga Engkau berada bersama Aku di surga"(Lukas: 23 :43). Kita dapat belajar dari penjahat ini bahwa tidak ada kata terlambat untuk bertobat dan memohon kepada Tuhan untuk menerima kita. Yesus membersihkan orang ini dari dosa-dosanya, menerima dia dengan hati terbuka, dan memulihkannya tanpa syarat . Dia menganugerahkan kepada orang berdosa itu karunia hidup kekal.
Bagaimana dengan penjahat yang lain (‘yang tidak bertobat’)? Kita telah belajar bahwa kita dapat diselamatkan, bahkan pada waktu kita mati, namun ini tidak terjadi untuk semua orang karena terkait dengan iman seseorang. Banyak yang mendekati firman Allah dengan keraguan dan penghinaan. Kitab Suci diserang terus-menerus oleh orang-orang yang berusaha untuk 'membuktikan' bahwa itu salah, atau mengandung ajaran-ajaran palsu, seperti penjahat yang tergantung di samping Yesus, meragukan dan bahkan menantang Yesus untuk 'membuktikan' bahwa Dia adalah anak Allah dengan turun dari salib. Namun Allah tidak membalas atau marah ketika kita mencoba untuk menguji-Nya. Dia juga tidak menghukum kita atau meninggalkan kita. Ketika kita jujur mendekati-Nya, kita dapat memperoleh kepastian untuk diterima dan dihargai seperti penjahat yang bertobat di kayu salib itu, terlepas dari masa lalunya yang buruk. Cinta sejati dan belas kasihan dapat menghilangkan keraguan. Ketika kita datang kepada-Nya dengan tulus dan memberikan hati dan jiwa kita kepada-Nya, kita dapat mengalami kasih dan anugerah yang mengagumkan dari Tuhan.
Yesus tidak pernah menyimpang dari tujuan-Nya yang mengajar kita cinta tanpa syarat dan penerimaan terhadap satu sama lain. Kematiannya adalah kesaksian bahwa keselamatan adalah realitas bagi kita ketika kita menyatakan iman kita. Yesus memberi kita pelajaran dalam pengampunan ketika Ia tergantung di salib bagi kita. Cinta-Nya kepada kita total dan tak berkurang oleh sakitnya siksaan dan beratnya beban salib.
Marilah kita belajar untuk bertobat! Dan semoga kita selalu menjadi pribadi yang bertobat setiap hari……
†††
Salam Persaudaraan Pasionis!
‘
SEMOGA SENGSARA YESUS SELALU HIDUP DI HATI KITA’