Spiritualitas Komunitas Awam Passionis

Author | Rabu, 06 Maret 2019 08:40 | Dibaca : : 2904
P. Gabriele Luigi Antonelli, CP bersama Komunitas Awam Pasionis P. Gabriele Luigi Antonelli, CP bersama Komunitas Awam Pasionis

"Lalu firman-Nya: "Keluarlah dan berdiri di atas gunung itu di hadapan TUHAN! Maka TUHAN lalu! Angin besar dan kuat, yang membelah gunung-gunung dan memecahkan bukit-bukit batu, mendahului TUHAN. Tetapi tidak ada TUHAN dalam angin itu. Dan sesudah angin itu datanglah gempa. Tetapi tidak ada TUHAN dalam gempa itu. Dan sesudah gempa itu datanglah api. Tetapi tidak ada TUHAN dalam api itu. Dan sesudah api itu datanglah bunyi angin sepoi-sepoi basa. Segera sesudah Elia mendengarnya, ia menyelubungi mukanya dengan jubahnya, lalu pergi ke luar dan berdiri di pintu gua itu. Maka datanglah suara kepadanya. "(1 Raj 19: 11-13)

Kejutan dalam cerita ini bukanlah bahwa Elia bertemu dengan Tuhan, tetapi cara dia bertemu dengan Tuhan. Orang Israel biasanya mengharapkan wahyu Allah hadir dalam bentuk yang spektakuler; melalui hal-hal luar biasa, bahkan unsur-unsur alam yang menakutkan seperti angin badai, gempa bumi, kilat dan api. 

Jadi, karena itu kita dapat memahami kekecewaan dan keprihatinan Elia ketika Tuhan tidak ada dalam angin badai, atau gempa bumi, atau api. Kita kemudian dapat membayangkan betapa terkejutnya Elia ketika Tuhan muncul dalam suara berbisik lembut dalam rupa angin sepoi-sepoi basa. Kekuasaan dan kekuatan Tuhan yang maha kuasa ada dalam bisikan lembut? Sama sekali tidak diharapkan. Terlalu tidak spektakuler. Terlalu biasa. Terlalu sederhana. Betapa mudahnya dia bisa melewatkan hal itu.

Bagaimana kisah ini dapat relevan bagi kita dan bagi Komunitas Awam Pasionis? Nah, di mana Anda berharap menemukan Tuhan? Tanyakan kepada orang-orang Katolik, atau orang-orang Kristen pada umumnya, tentang cara-cara tradisional yang mereka harapkan dapat menemukan Allah. Dugaan saya bahwa mereka semua akan mengatakan hal yang hampir sama: ketika kita berkumpul dalam perayaan liturgi, pada waktu kita berdoa pribadi dan kelompok, atau ketika kita mempelajari Kitab Suci.

Memang benar kita mengalami Tuhan di tempat-tempat ini dan pada saat-saat itu. Dimensi-dimensi ini selalu begitu dan akan selalu menjadi kunci identitas kita sebagai orang Kristen. Tetapi Allah Elia dan Allah kita tidak terikat oleh sistem keagamaan atau pada harapan tradisional itu. Allah kita adalah Allah yang penuh dengan kejutan, Allah yang tidak terselami, dan di atas segalanya Tuhan adalah Allah sederhana dan hadir dalam hal-hal yang biasa.

Fokus Komunitas Awam Pasionis adalah bahwa kita memang bertemu Tuhan dan mengalami peristiwa Allah juga di luar empat dinding gereja kita dan di luar ruang sakral tempat kita menghabiskan waktu doa kita. Spiritualitas Komunitas Awam Pasionis didasarkan pada kenyataan bahwa kita berjumpa dengan Tuhan pada kesempatan yang biasa; dalam kehidupan sehari-hari kita dan dalam hubungan sosial kita sehari-hari. Dengan kata lain, hubungan kita satu sama lain diakui sebagai ruang untuk bertemu Tuhan; kehidupan sosial mampu mengungkapkan yang ilahi.

 

 

Sayangnya, banyak orang merasa bahwa hal ini sulit dipercaya. Kita sepertinya lebih nyaman untuk memisahkan yang sosial dan yang spiritual! Mungkin, seperti Elia dan Israel pada zamannya, kita memiliki harapan yang sangat kuat tentang bertemu Tuhan hanya dengan cara tertentu. Kesulitan mempercayai bahwa Tuhan dapat ditemui dalam hal yang biasa adalah sesuatu yang kita alami sepanjang waktu.  

Gagasan bahwa Tuhan dapat ditemui pada orang-orang di sekitar kita adalah prinsip dasar dari Gerakan Komunitas Awam Pasionis. Logika ini juga diungkapkan oleh Yesus dalam Perjanjian Baru berkali-kali, terutama dalam perikop yang terkenal dari Injil Matius: "Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku. "(Mat 25:40).

Terkadang kebutuhan seseorang yang dekat dengan kita adalah untuk menerima dukungan praktis melalui makanan atau cara lain. Terkadang tanggapan yang diminta adalah sekadar bergaul dan mendengarkan. Terkadang perlu bagi kita untuk berduka dengan sesama yang berduka. Terkadang kita dibutuhkan untuk bersama merayakan peristiwa penting dalam hidup seseorang seperti ulang tahun pernikahan, kelahiran atau pembaptisan. Selalu ada kebutuhan untuk berkomunikasi dengan memahami, menerima dan mencinta dengan cara yang nyata, konkret dan biasa. Inilah yang dimaksud dengan Komunitas Awam Pasionis, yakni menghadirkan diri sebagai perpanjangan tangan kasih Tuhan bagi dunia. Pertemuan di mana kita berbagi makanan dan minuman adalah kendaraan di mana kita dapat membangun hubungan kepercayaan yang membuat kita bisa dekat dengan sesama untuk mengenali kebutuhan mereka.

 

 

Kita menyadari bahwa orang tidak berdiri dan mengumumkan kepada dunia kebutuhan mereka untuk meminta dukungan dan bantuan. Sebagian besar orang lebih suka menderita dalam kesunyian. Orang-orang menderita hanya bisa 'berbisik' tentang apa yang mereka butuhkan untuk hidup. Kita hanya akan mendengar suara Tuhan dalam bisikan kecil orang-orang tersalib zaman ini ketika kita mampu untuk semakin dekat dengan mereka.

Komunitas Awam Pasionis akhirnya dipanggil untuk mewujudnyatakan iman "di luar empat dinding gereja-gereja" agar dapat melihat kebutuhan yang lebih besar dari sebelumnya untuk mempromosikan gerakan menemukan Tuhan dalam banyak cara.

Salam Passion!

“Semoga Sengsara Yesus Kristus Selalu Hidup di Hati Kita’

 

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

www.gemapasionis.org | Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Leave a comment