Dalam Tangan Kasih Tuhan Orang-Orang Berdosa Juga Memiliki Masa Depan - Refleksi Minggu Biasa XVI 23 Juli 2017

Author | Sabtu, 22 Juli 2017 17:39 | Dibaca : : 2525
Ilustrasi Ilustrasi Foto : NN

Bacaan Injil : Matius 13:24-43

Orang-orang yang perfeksionis memiliki keinginan besar untuk menyelesaikan banyak hal. Mereka menunjukkan perhatian yang luar biasa terhadap detail atau hal-hal kecil. Tetapi ada sebuah bayangan di samping hal itu. Mereka mungkin menjadi pecandu kerja, dan tidak dapat bersantai, tidak dapat berhenti dan berpikir, tidak dapat berhenti dan mendengarkan, tidak dapat berhenti dan berbicara, atau sekadar berhenti. Mereka ingin berprestasi tinggi, memiliki target yang besar, dan sering menuntut terlalu banyak dari orang lain. Mereka ingin orang lain menjadi seperti mereka, dan bahkan menekan orang lain untuk menyesuaikan diri dengan mereka. Dengan menjadi seperti ini, mereka sebenarnya telah menjadi musuh terburuk untuk diri mereka sendiri.

Kita mungkin tahu orang-orang yang begitu sempurna namun begitu terkunci dalam diri mereka sendiri, mereka telah melepaskan diri dari orang lain, seperti dengan tidak mendengarkan, tidak berbicara, tidak peduli dan tidak membantu.

Mungkin ada mentalitas perfeksionis di dalam diri kita, terutama tentang orang lain. Ketika kita menemukan diri kita tinggal pada kekurangan dan kesalahan orang lain, ketika kita mendapati diri kita bertanya-tanya mengapa mereka tidak berpikir dan merasa dan bertindak seperti kita, ketika kita merasa frustrasi atau terganggu oleh kelemahan orang lain, ketika kita mengharapkan terlalu banyak dari orang lain, ketika kita gagal untuk menghormati perbedaan individu di antara kita tentang pengalaman, latar belakang, budaya, karakter, kepribadian dan temperamen, kita sebenarnya termasuk orang yang perfeksionis.

Yesus di dalam Injil hari ini berbicara mengenai situasi ini. Dia berbicara tentang situasi di mana gandum yang telah ditaburkan oleh Bapa-Nya tumbuh. Tetapi di seluruh ladang tidak hanya ada gandum dari penabur ilahi, tetapi juga banyak ilalang. Yesus mengatakan kepada kita bahwa tidak satupun dari kita benar-benar sempurna, bahwa kita juga adalah campuran yang baik dan tidak begitu baik. Jadi, suami tidak bisa mengharapkan istrinya untuk menjadi semua gandum tanpa ilalang dalam karakternya, dan sebaliknya. Anak juga tidak bisa mengharapkan kesempurnaan mutlak dari orang tua mereka, dan sebaliknya. Anggota Biara atau Kongregasi, entah Imam, Suster atau Bruder tidak bisa mengharapkan pimpinan mereka bekerja tanpa celah, dan sebaliknya. Pemimpin perusahaan tidak bisa mengharapkan bahwa pegawainya menjalankan tugas tanpa cacat, dan sebaliknya. Demikian pula halnya di dalam organisasi, masyarakat dan struktur manusia, kita tidak bisa mengharapkan segala sesuatu berjalan sempurna.

Gereja juga tidak sempurna. Konsili Vatikan II mengatakan bahwa Gereja itu berdosa sekaligus suci, dan bahwa Gereja 'selalu membutuhkan reformasi' dan pembaharuan. Lalang bahkan ditemukan di komunitas Kristen asli yang Lukas ceritakan dalam Kisah Para Rasul. Sementara orang-orang Kristen pertama di Yerusalem berdoa bersama, membagi hidup mereka, berbagi makanan dan barang-barang berharga lainnya, satu pasangan bernama Ananias dan Safira, adalah pengecualian. Mereka ingin menjaga segalanya kembali untuk diri mereka sendiri.

Murid-murid berkata kepada Yesus: 'Mari kita cabut semua lalang itu! Mari kita bakar kota-kota yang tidak menerima-Mu! Mari kita miliki kerajaan sekarang! ' Tetapi Yesus berkata kepada mereka, "Tunggu! Biarkan Tuhan menjadi Tuhan! Biarkan gandum dan lalang ada berdampingan! Tunggu sampai Tuhan siap untuk memanen dan menyelesaikan semuanya! 'Jadilah seperti Tuhan, bersabarlah, dan menanti!'

Hal ini menunjukkan bahwa tanggapan dasar kita terhadap kelemahan dan kegagalan orang lain seharusnya adalah untuk mengerti, berbelaskasih, menjadi lemah lembut, sabar, dan memiliki rasa hormat. St Fransiskus de Sales mengatakan bahwa lebih banyak lalat ditangkap dengan sesendok madu daripada satu tong penuh cuka.

Yesus tidak mengatakan bahwa segala sesuatu harus selalu berjalan sesuai dengan keinginan kita. Tidak, Ia berbicara tentang pertumbuhan, tentang perubahan, dan tentang kekuatan untuk mengubah dalam terang kasih Tuhan. Jadi, melalui kuasa Tuhan seseorang yang tersesat dan bingung bisa menemukan makna dan tujuan. Seorang perokok bisa berhenti merokok. Seorang peminum bisa berhenti minum. Orang yang jahat bisa menjadi orang yang murah hati. Pecandu narkotika bisa menjadi orang suci. Pikiran sempit bisa berkembang. Seorang pencari kesalahan bisa menjadi penegak dan pendukung kehidupan. Seorang rasis bisa menjadi orang yang ramah dan bersahabat. Dan jika kita sendiri sakit dan bosan dengan cara hidup kita, kita juga bisa berubah arah. Semua detail ini menunjukkan kepada kita bahwa di dalam Tangan Kasis Tuhan orang-orang berdosa (kita) juga memiliki masa depan.

Sebenarnya kita tidak membiarkan lalang di dalam diri kita menghimpit gandum. Kita harus lebih menjadi bagian dari solusi daripada bagian dari masalah. Namun, terlepas dari semua upaya terbaik kita, kenyataannya adalah bahwa kebaikan dan keburukan akan tetap menjadi campuran gandum dan lalang sampai Tuhan siap untuk menuai.

Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Sang Penuai, atas anugerah-Nya yang luar biasa kepada diri kita dan sesama, dan terus memohon agar kita dapat menerima hal-hal yang tidak dapat kita ubah, dan mengubah hal-hal yang dapat kita ubah.

Salam Passion.

 

“Semoga Sengsara Yesus Kristus Selalu Hidup di Hati Kita”

P.Avensius Rosis,CP

Ditahbiskan menjadi imam dalam Kongregasi Pasionis pada 18 Agustus 2009 di Gereja Katedral Jakarta. Februari 2016 - Juli 2017 berada di Melbourne, Australia. Sekarang bertugas mendampingi para Novis Pasionis di Biara Santo Gabriel dari Bunda Berdukacita, Batu, Malang. | Profil Selengkapnya

www.gemapasionis.org | Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.

Leave a comment